Kepemimpinan berisi:
- Manajer sebagai pemimpin
- Bawahan yang dipimpin, membantu manager sesuai dengan tugas masing-masing.
- Tujuan atau sasaran, yang harus dicapai oleh manager bersama dengan bawahannya.
1. Pola hubungan antar tenaga kerja dalam perusahaan.
Dalam organisasi formal dapat dibedakan menjadi 2 macam manager, yaitu pemimpin seluruh organisasi (direktur utama atau GM) & pimpinan yang mengepalai 1 bagian atau 1 unit (supervisor).
Tenaga kerja sebagai komponen manusia dalam system organisasinya selalu berhubungan dengan tenaga kerja lain. Ada 4 macam pola hubungan antar tenaga kerja, yaitu pola hubungan antar tenaga kerja pada tingkatan: management puncak, management madya, management pertama, tenaga kerja produktif.
1.1 Pola hubungan antar tenaga kerja tingkat management puncak
- Manager puncak lebih banyak berhubungan dengan orang-orang yang bekerja di luar organisasi perusahaannya (contohnya pejabat pemerintah, management puncak organisasi lain, nasabah dll.)
- Ia harus peka terhadap kejadian-kejadian disekitar perusahaannya yang mempengaruhi kelancaran perkembangan usaha.
- Kepribadian manager puncak, system nilainya, sikap-sikap & prilakunya mempunyai dampak pada keseluruhan organisasi perusahaan.
1.2 Pola hubungan antar tenaga kerja pada tingkat management madya.
- Manager madya mempunyai hubungan dengan atasan, rekan setingkat & bawahan yang mempunyai jabatan kepemimpinan & organisasi diluar perusahaan.
- Ia mempunyai peran ganda yaitu saebagai bawahan, rekan, atasan, & wakil dari perusahaan.
- Manager madya merupakan penghubung yang sangat penting & kreatif antara tingkat-tingkat management rendah & tinggi.
- Cara memimpin bawahannya dipengaruhi pula oleh bagaimana ia sebagai bawahan dipimpin oleh atasannya.
- Pengaruh kepemimpinannya akan dirasakan oleh seluruh kesatuan kerja yang dipimpin.
1.3 Pola hubungan antar tenaga kerja tingkat management pertama
- Hubungannya samadengan manager madya, bedanya ialah bawahannya bukan pemegang jabatan pimpinan.
- Manager pertama disebut juga dengan the man in the middle, antara management & tenaga kerja.
- Jika pandangan antar kedua pihak berbeda, maka management pertama akan merasa terjepit.
- Tingkat interaksi dengan para pekerja bawahannya lebih besar daripada tingkat interaksi antar tenaga kerja pada tingkat atas.
1.4 Pola hubungan antar tenaga kerja tingkat tenaga kerja produktif
- Tingkatan ini yang menduduki jabatan terendah dalam organisasi.
- Berhubungan dengan rekan & atasannya saja.
- Peran utamanya sebagai bawahan namun dapat memberikan pengaruh yang nyata pada keberhasilan kepemimpinannya
- Pola hubungan ini bersifat ketergantungan dengan tenaga kerja lain
2. Ciri-ciri pribadi
2.1 Ciri-ciri seorang pemimpin yang berhasil
a. Ciri-ciri pemimpin dari bidang management fungsional
Disetiap bidang management fungsional dapat ditemukan jabatan-jabatan management dari tinggi, madya, & pertama. Berdasarkan tugas-tugas & wewenangnya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis kelompok jabatan sesuai dengan bidang management fungsionalnya. Kelompok management yang berbeda-beda tersebut menuntut kelompok memiliki cirri-ciri pribadi yang berbeda pula, contoh: manager produksi
Contoh: manajer produksi lebih menjauhkan diri, serius, terus terang, berdiri sediri dan tidak begitu peduli dengan pergaulan sekitar, sedangkan manajer penjualan cenderung lebih ramah, antusias, lihai dan tergantung pada kelompok dan seksama dalam penjualan.
b. Ciri-ciri pemimpin pada tingkat organisasi yang berbeda
Ghiselli (1571), mengungkapkan 9 ciri-ciri pribadi yang ia namakan bakat manajerial:
1) kesanggupan pengawasan
2) kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan kerja
3) kebutuhan aktualisasi diri
4) kebijaksanaan
5) kepercayaan diri
6) kemampuan membuat keputusan
7) kebutuhan akan kesejahteraan atau keamanan
8) kebutuhan untuk bergabung dengan serikat kerja
9) memiliki inisiatif (usaha sadar melakukan suatu hal)
c. ciri-ciri manajer puncak yang berhasil
4 macam keterampilan dalam menangani manusia:
Ø pimpinan harus mempunyai visi kedepan yang jelas dan menarik perhatian orang sebagai factor pendorong untuk mendapatkan hasil
Ø visi masa depan tersebut harus dapat dikomunikasikan dengan bawahannya
Ø setelah visi dikomunikasikan, lalu tahap selanjutnya adalah implementasi, melalui kedudukan, kepemimpinan menetapkan penegasan untuk mendapatkan kepercayaan dari pengikutnya, pemimpin harus berprilaku konsisten dan tetap berada dalam jalur yang disepakati
Ø faktor utama dari pemimpin yang berhasil adalah perluasan kreatif dari diri, yang dapat dilakukan melalui menghargai diri secara positif, yaitu pengetahuan tentang kekuatannya, kemampuan untuk merawat dan mengembangkan kekuatannya, tau kelemahan dan kelebihan dengan kebutuhan organisasinya.
Bernette Setiadi mengungkapkan 4 ciri manajer puncak yang berhasil:
a. memiliki integritas c. mamiliki keterampilan komunikasi yang baik
b. mempunyai visi d. mampu memberdayakan bawahan
3. Perilaku pemimpin yang efektif-gaya managemen
3.1 Teori “Contingency”
Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967), menurutnya tinggi rendahnya prestasi kerja satu kelompok dipengaruhi oleh system motivasi dari pimpinan dan sejauh mana pemimpin dapat mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi tertentu.
3.2 Teori tiga dimensi
Menurut teori ini, seorang manajer harus dapat menggunakan gaya manajerial sesuai dengan tuntutan situasi sesaat, mengubah gaya jika memang diperlukan dan mempertahankan gaya jika situasi tidak menuntut perubahan.
Agar berhasil Reddin mensyaratkan agar para manajer dilatih dalam 3 keterampilan, yaitu:
Situasional sensitivity skill (keterampilan menanggapi situasi)
Style flexibility skill (keterampilan melanturkan gaya )
Situation management skill (keterampilan menangani situasi)
3.3 Teori kemepimpinan situasional
Teori ini dikembangkan oleh Hersey dan Blanchard, teori ini berusaha membaikkan pemahaman kepada pemimpin tentang kaitan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kedewasaan atau para pengikutnya. Mereka berpendapat bahwa bawahannya merupakan factor yang sangat penting dalam situasi kepemimpinan.
Hersey dan Blanchard berasumsi bahwa tingkat kedewasaan dari bawahan tidak tetap. Salah satu tanggung jawab manajer adalah membantu bawahan untuk meningkatkan tingkat kedewaannya. Manager harus menyesuaikan dirinya terhadap situasi tidak hanya secara pasif tetapi juga secara aktif.
3.4 Kepemimpinan dan pengambilan keputusan
Teori ini dikembankan oleh Vroom dan Yetton. Gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh corak persoalan yang dihadapi oleh macam keputusan yang harus diambil.
Model yang mereka tawarkan dapat digunakan sebagai alat untuk:
- membantu mengenali berbagai jenis situasi pemecahan persoalan secara kelompok
- menyarankan gaya-gaya kepemimpinan mana yang dianggap layak.
Untuk semua situasi, ada tiga perangkat parameter yang paling tepat, yaitu:
klasifikasi gaya kepemimpinan
criteria efektifitas keputusan
criteria penemukenalan jenis situasi pemecahan masalah
Klasifikasi gaya kepemimpian
A-1 Pemimpin memecahkan masalah atau persoalan dari mengambil keputusan sendiri, dengan menggunakan informasi pada waktu itu ada pada pemimpin
A-II Pemimpin memperoleh informasi yang diperlukan dari bawahan. Lalu memutuskannya sendiri. Pemimpin dapat atau tidak menyatukan persolannya kepada bawahan. Bawahan hanya memberi informasi bukan menilai alternative pemecahan
C-1 Pemimpin memberitahukan persoalan kepada bawahan yang relative secara pribadi, memperoleh gagasan dan saran mereka tanpa mengumpulkan mereka ke dalam satu kelompok. Lalu anda mengambil keputusan dengan dapat atau tidak mencerminkan pengaruh dari bawahan anda.
C-II pemimpin memberitahukan persoalan kepada bawahan secara kolektif dan mengambil keputusan dengan dapat atau tidak bercermin pada pengaruh bawahan. Pemimpin memberitahukan persoalan kepada bawahan sebagai satu kelompok dan bersama-sama mencari alternative pemecahan. Pemimpin tidak mencoba mempengaruhi
G- II Kelompok untuk menerima saran pemecahan dan anda bersedia untuk menerima dan melaksanakan setiap pemecahan yang didukung oleh seluruh anggota kelompok.
Kriteria efektivitas keputusan
Model ini meliputi criteria yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan efektifitas dari keputusan yang diajukan dalam setiap situasi. Criteria ini mencakup mutu dari keputusan, penerimaan keputusan oleh bawahan dan jumlah waktu yang diperlukan untuk sampai pada pemecahannya.
Vroom dan Yetton mengembangkan suatu perangkat dari 7 aturan yangd apat digunakan untuk menentukan gaya kepemimpinan mana yang dianggap tidak sesuai untuk suatu jenis situasi persoalan.
Aturan yang mempengaruhi kelayakan dari gaya kepemimpinan adalah:
- aturan informasi- pemimpin
jika mutu keputusan itu penting dan pemimpin tidak memiliki informasi apapun untuk memecahkan masalah sendiri, maka gaya A-I tidak sesuai
- Aturan kesesuaian- tujuan
Jika mutu keputusan penting, tetapi jika bawahan tidak mau berusaha untuk mencapai tujuan organisasi sewaktu mereka mencoba memecahkan persoalan maka G-II tidak layak
- aturan persoalan- tidak berstruktur
jika mutu keputusan penting dan persoaln tidak berstruktur, sedangkan pada saat yang sama penerapan tidak mamiliki kecakapan atau informasi untuk memecahkan masalah, maka metode yang harus dipakai untuk harus memberikan peluang kepada bawahan yang memiliki informasi yang diperlukan untuk saling berinteraksi, dalam situasi ini gaya kepemimpinan A-I, A-II dan C-1 tidak cocok
- aturan penerimaan
jika penerimaan dari satu pemecahan oleh para bawahan adalah penting dan terdapat suatu ketidakpastian tentang akan diterimanya suatu keputusan otokratik, maka gaya kepemimpinan A-1dan A-II tidak layak digunakan
- aturan konflik
jika penerimaan dari 1 pemecahan oleh kelompok itu penting. Maka pemimpin harus memberikan keputusan kepada pihak-pihak yang tidak setuju untuk mengatasi perbedaan mereka dan memberikan kepada mereka pengetahuan selengkapnya dari persoalan. Maka gaya A1, AII, dan C-I tidak layak
- aturan kewajaran
jika penerimaan mutu oleh kelompok penting tetapi mutu atau keputusan tidak penting, maka gaya kepemimpinan harus memberikan peluang kepada bawahan untuk berinteraksi dan berunding tentang apa pemecahannya yang wajar. Maka gaya AI, AII, C-I, dan CII tidak sesuai.
- aturan prioritas-penerimaan
jika penerimaan dari pemecahan penting, dari suatu keputusan otokratik, dan jika bawahan berkemauan untuk mengarah ke tujuan organiasi dalam mencari suatu pemecahan. Maka gaya kepemimpinan yang diinginkan ialah memberikan kesamaan hak kelompom dan anggota tanpa merugikan mutu pemecahan, karena ini akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari keputusan, maka gaya A-I, A-II, C-I, dan C-II tidak akan sesuai.
4. Corak interaksi pemimpin dengan bawahannya
4.1 kepemimpinan transaksional
Dalam bentuk kepemimpinan ini,pemimpin berinteraksi dengan bawahannya memlalui proses transaksi. Bass dan Avolio (1994) membahas empat macam transaksi, yaitu:
1) Contigen Reward, bila bawahan melakukan pekerjaan untuk kepentingan perusahaan dan menguntungan perusahaan maka kepada mereka dijanjikan debuah hadian yang memuaskan dirinya. Transaksi: jika anda bekerja baik, akan saya beri imbalan yang baik pula”
2) Management by exeption-active, manajer secara aktif dan ketat memantau pelaksanaan tuga bawahannya agar mereka tidak membuat kesalahan dan agar kesalahan tersebut akan cepat diperbaiki
3) Management by exeption-passive, manajer disini belum akan bertindak jika belum timbul masalah atau belum ada kegagalan. Transaksi: “silahkan anda melaksanakan tuga, jika timbul masalah atau jika anda salah, ushakan anda menyelesaikan sendiri atao memperbaiki kesalahnnya. Saya akan Bantu bila anda tidak lagi mampu mengatasi masalah tersebut”
4) Laissez-faire, manager memberikan bawahannya melaksanakan tugas tanpa ada pengawasan darinya. Jadi semua kerjanya merupakan tanggung jawab bawahannya.
4.2 Kepemimpinan Transformasional
Interaksi antara atasan dan bawahan ditandai oleh pengaruh manajer untuk mnegubah perilaku pengikutnya menjadi orang yang merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi. Sehingga tujuan kelompok kerja dapt dicapai bersama.
5 aspek kepemimpinan transformasinal, ialah:
1) Attribute charisma, pemimpin rela berkorban untuk kepentingan perusahaan. Ia menimbulkan kesan bahwa ia memiliki keahlian untuk melaksanakan tugas pekerjaannya, sehingga bawahan patut dihargai. Bawahan memiliki kebanggaan dan merasa tenang didekat pemimpin.
2) Inspiration leadhership/ motivation, pemimpin mampu menimbulkan inspirasi bawahannya dan memberikan keyakinan bahwa tujuan dapat dicapai. Bawahan merasa mampu melaksanakan tugas pekerjaannya, merasa mampu memberikan berbagai macam gagasan. Mereka merasa diberi inspirasi oleh pemimpinnya
3) Intelektual stimulation, bawahan merasa bahwa pemimpin mendorong mereka untuk memikirkan kembali cara kerja mereka. Untuk mencari cara-cara baru dalam melaksanakan tugas mereka mendapat cara baru dalam mempersepsikan tugas-tugas mereka.
4) Individualized consideration, bawahan merasa diperhatikan dan diperlakukan secara khususa oleh pemimpinnya. Pemimpin memperlakukan setiap bawahannya sebagai seorang pribadi dengan kecakapan dan kebutuhannya masing-masing. Pemimpin menimbulakn rasa mampu pasa bawahannya bahwa mereka dapat melakukan pekerjaannya, dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk tercapinya tujuan kelompok.
5) Idealized influence, pemimpin berusaha, malalui pembicaraan, mempengaruhi bawahan dengan menekankan pentingnya nilai-nilai dan keyakinan. Perlu dimilikinya tekat mencapai tujuan. Pemimpin memperlihatkan kepercayaannya pada cita-citanya, keyakinannya dan nilai hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar