AAA

Doa kan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah saat ini, dan ulurkan tanganmu untuk meringankan beban mereka.

Jumat, 10 Desember 2010

PENGANTAR ANTROPOLOGI


  1. Pengertian Antropologi
Menurut Ariyono Suyono (1985), antropologi berasal dari kata latin anthropos yang berarti manusia dan Logos atau akal. Dengan begitu antropologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta budaya.
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai mahluk masyarakat atau mahluk social . perhatian ilmu ini ditujukan kepada sifat khusus badani atau keanekaragaman manusia dari aneka warna fisik dan cara produksi, tradisi dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.

  1. fase-fase perkembangan ilmu antropologi
  1. fase pertama, fase sebelum tahun 1800
Fase pertama, fase ini juga disebut dengan fase penemuan dan juga sebagai era pencatatan/deskripsi tentang bangsa-bangsa dan laporan kisah-kisah perjalanan. pada fase ini suku-suku bangsa penduduk pribumi yaitu afrika, asia dan amerika mulai didatangi oleh bangsa eropa barat sejak abad ke 15 dan permulaan abad ke 16 dan lambat laun dalam suatu proses yang berlangsung kira-kira 4 abad lamanya, berbagai daerah di muka bumi mulai terkena pengaruh bangsa eropa barat. Bersamaan dengan penemuan-penemuan yang didapat dari perjalanan bangsa-bangsa eropa tersebut, mulai terkumpullah laporan-laporan tentang perjalanan bangsa eropa termasuk didalamnya dimuat tentang identifikasi suatu wilayah atau tempat yang mereka kunjungi, adat istiadat, bahasa, susuanan masyarakat dan kecenderungan prilaku, dan ciri-ciri fisik dari beraneka ragam suku bangsa di afrika, asia, suku-suku Indian dan penduduk pribumi amerika. Bahan-bahan deskripsi tersebut amat menarik perhatian bangsa eropa Karena sangat berbeda dengan mereka. Bahan pengetahuan tersebut disebut bahan etnografi (konsep tentang pelukisan suku bangsa) yaitu dari kata etnos yang berarti bangsa. Tapi  deskripsi-deskripsi tadi biasanya tidak teliti dan kabur karena hanya bersifat subjektif penulisnya.
Terhadap pelukisan suku bangsa-suku bangsa ini, Koentjaraningrat (1997) menyatakan bahwa kalangan terpelajar eropa tempat pelukisan ini dibaca, dipelajari an ditelaah, muncullah berbagai sikap:
1.      sebagian bangsa eropa pemandang bahwa bangsa-bangsa itu bukanlah manusia, mereka itu manusia-manusia liar, turunan iblis dll. Dari situlah timbul istilah savages atau biadab, primitives.
2.      sebagian bangsa eropa memandang akan sifat-sifat baik bangsa jauh itu, dan menyatakan bahwa masyarakat bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, yang belum kemasukan kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat eropa pada waktu itu
3.      sebagian masyarakat eropa tertarik dengan adat istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku tersebut. Kumpulan-kumpulan pribadi tersebut kemudian ada yang dikumpulkan menjadi satu supaya dilihat oleh masyarakat umum dan, dengan demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan-kebudayaan diluar bangsa eropa.

  1. fase kedua (pertengahan abad ke 19)
Dalam fase ini, sudah muncul konsep cara berfikir evolusi masyarakat, yang intinya adalah bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lamban dalam jangka waktu yang ribuan tahun lamanya dari tingkat yang rendah dan dan melalui beberapa tingkat antara dan sampai ketingkat tertinggi dan kompleks.
Pada dasarnya semua kelompok manusia di muka bumi ini mengalami proses yang demikian. Oleh karena proses itu terjadinya tidak merata dalam waktu yang bersamaan, dengan kata lain bahwa pada masa sekarang ini ada kelompok yang hidup dalam tingkat evolusi budaya yang dan social yang tinggi dan ada yang belum bnayak berubah dari dulu sampai sekarang.
Pada fase kedua ini, antropologi menjadi satu ilmu yang bersifat akademikal dengan tujuan mempelajari manusia dan masyarakat serta kebudayaannya yang primitive dengan maksud untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

  1. fase ketiga (permulaan abad ke-20)
Pada fase ini, ilmu antropologi yang juga mempelajari tentang wilayah-wilayah diluar bangsa eropa sangat dibutuhkan sehubungan dengan penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa eropa. Dengan kata lain dalam fase ini, antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar eropa guna kepentingan pemerintahan colonial dan guna menjadi suatu pengertian tentang masyarakat masa kini yang kompleks”.

  1. Fase keempat (sesudah kira-kira 1930)
Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas., baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Beberapa hal yang menjadi penyebab ilmu ini berkembang begitu pesat yaitu:
ü  Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah perang dunia ke II
ü  Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive (bangsa-bangsa asli terpencil dan dari pengaruh eropa-amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia kedua memang hamper tidak ada lagi dimuka bumi. Dengan demikian seolah-olah hilangnya objek kajian antropologi.

Selanjutnya, melalui symposium internasional antropologi di AS pada tahun 1951 sebanyak 60 orang ahli antropologi mengadakan kajian ulang tentang tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi. Salah satu rumusannya adalah antropologi tidak hanya suku-suku bangsa primitive yang tinggal dibenua-benua diluar eropa saja tetapi sudah beralih kepada manusia didaerah pedesaan pada umumnya yang ditiinjau pada sudut aneka warna fisiknya, masyarakatnya, dan kebudayaannya.
Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat dibagi dua, yaitu secara akademik dan tujuan praktis.
tujuan akademik: mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umunya dengan mempelajari anekawarna bentuk fisiknya, masyarakat serta kebudayaannya.
Tujuan praktis: mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku-bangsa guna membangun suku-bangsa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar